Senin, 11 November 2019

Kaidah Kebahasaan Teks Ceramah

3. Kaidah Kebahasaan dalam Teks Ceramah

a. Kalimat Imperatif

Uraian teks ceramah biasanya mengandung kalimat-kalimat yang berisi perintah, larangan, permintaan, ajakan dan harapan. Kalimat tersebut dapat digolongkan kalimat imperatif. Kalimat imperatif adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan sesuatu. Kalimat imperatif disebut juga kalimat perintah. Kalimat imperatif diakhiri tanda seru. Kalimat imperatif biasanya diucapkan dengan nada tinggi. 
   Jenis kalimat imperatif atau kalimat perintah dapat diuraikan sebagai berikut. 
1). Perintah biasa
      Kalimat imperatif perintah biasa adalah kalimat perintah yang menggunakan intonasi yang bervariasi, mulai dari perintah yang lunak sampai dengan yang keras. 
Contoh:
Kerjakanlah pekerjaan yang mudah terlebih dahulu! 
2). Permintaan
     Kalimat imperatif permintaan merupakan kalimat perintah halus karena orang yang menyuruh bersikap merendah. Kalimat perintah permintaan biasanya menggunakan kata tolong. 
Contoh:
Tolong sampaikan keluhan kami kepada pimpinan Anda!
3). Mengizinkan
     Kalimat imperatif mengizinkan adalah kalimat perintah biasa yang ditambahkan dengan pernyataan yang mengungkapkan pemberian izin. 
Contoh:
Silakan mengambil barang barang yang Anda butuhkan! 
4). Ajakan
     Kalimat imperatif ajakan merupakan kalimat perintah yang didahului kalimat ajakan, seperti marilah, baiklah, dan ayo. 
Contoh:
Ayo, kita tanamkan sikap disiplin dalam  kehidupan! 
5). Bersyarat
     Kalimat imperatif bersyarat adalah kalimat perintah yang mengandung syarat untuk terpenuhinya sesuatu. 
Contoh:
Bantulah mereka, pasti beban Anda akan berkurang! 
6). Sindiran
     Kalimat imperatif sindiran adalah kalimat perintah yang mengandung ejakan karena yakin bahwa yang diperintah tidak akan mampu melaksanakan apa yang diperintahkan. 
Contoh:
Masukan tangan Anda ke dalam tumpukan es itu jika ingin merasakan beku! 
7). Larangan
      Kalimat imperatif larangan merupakan kalimat perintah yang melarang seseorang melakukan sesuatu. Pada umumnya kalimat ini menggunakan kata dilarang atau jangan. 
Contoh:
Jangan membuat keributan di tempat ibadah! 
8). Saran
      Kalimat perintah yang bermakna menyuruh atau meminta seseorang melakukan sesuatu dengan cara memberikan saran. Kalimat ini ditandai dengan kata seharusnya atau sebaiknya. 
Contoh:
Sebaiknya Anda belajar menghormati orang yang lebih tua.

b). Kata Ganti

Dalam ceramah biasa digunakan kata ga tidur orang pertama tunggal dan orang kedua jamak sebagian sapaan. Kata ganti orang pertama, yaitu saya dan aku. Penceramah yang mengatasnamakan kelompok dapat menggunakan kata ganti kami. Kata ganti yang sering digunakan, misalnya hadirin, kalian, bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara. 
Contoh:
Saudara-saudara, mari kita tingkatkan kebiasaan untuk menjaga kebersihan disekitar lingkungan tempat tinggal. 

c). Kata-kata Teknis/Peristilahan

Kata-kata teknis atu peristilahan biasa digunakan dalam ceramah. Kata-kata teknis atau peristilahan tersebut berhubungan dengan topik yang dibahas. Apabila ceramah tersebut membahas medis, istilah atau kata yang muncul, misalnya aborsi, anemia, diabetes, kanker, dan kronis. 
Contoh:
   Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. DBD juga sering disebut sebagai penyakit break-bone karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot yang menyebabkan tulang terasa retak. DBD paling banyak ditemui selama musim hujan dan setelah musim hujan diarea tropis dan da  subtropis. Ada tiga jenis DBD , yaitu demam berdarah klasik, dengue hemorrhagic fever, dan dengue shock syndrome. Setiap jenis DBD memiliki gejala yang berbeda. 

d). Kata Kerja Mental

Kata kerja mental adalah kata kerja yang terdiri atas kata kerja yang menerangkan persepsi, afeksi dan kognisi. Kata kerja persepsi adalah kata kerja yang berkaitan dengan panca indra. Kata kerja afeksi berkaitan dengan perasaan psikologis, seperti marah, sedih, khawatir dan senang. Kata kerja kognisi berkaitan dengan proses memahami sesuatu, seperti berpikir, mengerti, memahami, memperkirakan, dan menduga. 
Contoh:
Kita harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. 


e). Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang memiliki hubungan bertingkat antara klausa atau kalimat yang membentuknya. Artinya, kalimat yang satu menerangkan kalimat yang lain. Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat induk kalimat dan anak kalimat. Induk kalimat merupakan bagian yang dianggap lebih tinggi kedudukannya daripada anak kalimat. 
Berikut jenis dan contoh kalimat majemuk bertingkat. 
1). Hubungan "waktu"
     Kalimat majemuk hubungan waktu menunjukkan adanya hubungan waktu antara induk kalimat dengan anak kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung sejak, ketika, sebelum, sementara, hingga, selama, sesudah, sampai, dan sambil. 
Contoh:
Orang tua mengajarkan sikap disiplin sejak kecil. 
2). Hubungan "syarat"
      Kalimat majemuk hubungan syarat menyatakan bahwa anak kalimat sebagai syarat terlaksananya induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung jika, kalau, asalkan, apabila. 
Contoh:
Apabila sikap tanggungjawab sudah melekat pada diri sendiri, kita akan merasa tenang dalam melakukan sesuatu. 
3). Hubungan "pengandaian"
     Kalimat majemuk hubungan pengandaian menyatakan bahwa anak kalimat sebagai andaian atau impian jika terlaksananya induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu seandainya, andaikan, sekiranya. 
Contoh:
Pendidikan karakter anak dapat terbentuk dengan baik seandainya orang tua dapat bersungguh-sungguh dalam mendidik anaknya. 
4). Hubungan "tujuan"
     Kalimat majemuk hubungan tujuan menyatakan bahwa anak kalimat sebagai tujuan atau harapan terlaksananya induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu agar, supaya, biar, untuk. 
Contoh:
Nilai nilai kesopanan perlu ditanamkan agar anak mengerti perilaku yang sopan kepada orang lain. 
5). Hubungan 'konsesif'
      Kalimat majemuk hubungan konsesif menyatakan bahwa anak kalimat tidak akan mengubah yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung walaupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, kendatipun. 
Contoh:
Walaupun berat, kita harus menanamkan sifat jujur. 
6). Hubungan 'perbandingan'
      Kalimat majemuk hubungan perbandingan menyatakan bahwa anak kalimat sebagai perbandingan atau mirip dengan induk kalimat. Kalimat majemuk ini menggunakan kata penghubung seperti ibarat, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih. 
Contoh:
Hidup itu ibarat roda yang berputar. 
7). Hubungan 'sebab' atau 'alasan'
      Kalimat majemuk hubungan sebab atau alasan menyatakan bahwa anak kalimat sebagai sebab atau alasan terjadinya induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu sebab, karena, akibat, oleh karena. 
Contoh:
Kita harus menerima segala sesuatu penuh rasa syukur karena Allah SWT akan menambah nikmat. 
8). Hubungan 'akibat' atau 'hasil'
      Kalimat majemuk hubungan akibat atau hasil menyatakan bahwa anak kalimat sebagai hasil atau akibat yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kalimat majemuk ini menandai dengan kata penghubung sehingga, sampai, maka, sampai-sampai. 
Contoh:
Pada saat ini generasi muda mulai meninggalkan bahasa daerah sehingga bahasa daerah mulai punah. 
9). Hubungan 'cara'
      Kalimat majemuk hubungan cara menyatakan bahwa anak kalimat sebagai cara pelaksanaan yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung dengan, tanpa. 
Contoh:
Maisa membuat laporan itu dengan teliti. 
10). Hubungan 'sangkalan'
        Kalimat majemuk hubungan sangkalan menyatakan bahwa anak kalimat merupakan penyangkalan yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu seolah-olah, seakan-akan. 
Contoh:
Jihan terlihat bahagia seolah-olah tidak ada masalah yang menimpanya. 
11). Hubungan 'kenyataan'
        Kalimat majemuk hubungan kenyataan menyatakan bahwa anak kalimat sebagai kenyataan yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu padahal, sedangkan. 
Contoh:
Helmi pura-pura sedih, padahal hatinya terluka. 
12). Hubungan 'penjelasan' atau 'komplementasi' 
       Kalimat majemuk hubungan penjelasan atau komplementasi menyatakan bahwa anak kalimat melengkapi yang dinyatakan dalam verba induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung bahwa.
Contoh:
Karina mengatakan bahwa permasalahan dalam hidup itu memberikan banyak arti. 
13). Hubungan 'atributif'
        Kalimat majemuk hubungan atributif menyatakan bahwa anak kalimat sebagai atribut atau pewatas yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kalimat majemuk ini ditandai dengan kata penghubung yang. 
Contoh:
Nenek yang duduk di samping Ibu, telah berusia 90 tahun. 
14). Hubungan 'lebih'
        Kalimat majemuk hubungan lebih menyatakan bahwa anak kalimat melebihi yang dinyatakan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan kalimat majemuk ini yaitu bahkan. 
Contoh:
Huda anak nakal, bahkan ia berani membantah orang tuanya. 
15). Hubungan 'perkecualian'
        Kalimat majemuk hubungan perkecualian menyatakan bahwa anak kalimat merupakan perkecualian dari pernyataan dalam induk kalimat. Kata penghubung yang digunakan yaitu kecuali, selain. 
Contoh:
Semua permainan di taman bermain boleh dimainkan, kecuali bianglala. 

4. Simpulan Isi Ceramah

     Mendengarkan ceramah tidak hanya memerlukan konsentrasikonsentrasi sepanjang ceramah berlangsung. Materi ceramah biasanya berisi aspek-aspek penting. Namun dari aspek-aspek penting tersebut ada yang bisa dicatat sebagai inti atau pokok-pokok isi ceramah. Selain catatan tentang pokok-pokok ceramah itu sangat berguna, mencatat pada saat mendengarkan ceramah bisa menjadi sarana menjaga keilmiahan ceramah. 
      Pada akhir mendengarkan kegiatan ceramah, Anda harus dapat membuat simpulan isi ceramah yang telah didengarkan. Kegiatan ini tentu dilakukan sebagai pengukur apakah ceramah yang disimak dapat dipahami atau tidak. Kegiatan menyimpulkan isi ceramah diawali dari hasil pokok isi ceramah dan membuat simpulan nya. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan untuk menyimpulkan isi ceramah sebagai berikut. 
a. Simpulan harus memuat seluruh pokok ceramah. 
b. Simpulan tidak menyimpang dari isi ceramah. 
c. Simpulan bukan komentar, melainkan ringkasan isi ceramah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar